Senin, 06 Februari 2017

Bicycle, Friends & Me

sumber: pinterest.com

Rasanya rindu kalo melihat gambar ini. Rindu bersepeda bareng teman-teman yang lain. Rindu sebagai penjelajah menyusuri gang-gang untuk mencapai sebuah misi. Rindu ketawa bareng kalo tiba-tiba nyetirnya nggak bener terus jatuh. Rindu pamer atraksi sepeda, padahal masih amatiran. Rindu hujan-hujanan naik sepeda sambil pake topi keresek. Rindu, pokoknya rinduuuuuuuuuuuu (Tuh, lihat kan huruf u-nya banyak banget, itu menunjukkan bahwa rindunya bener-bener rindu yang teramat dalam!).


Dulu waktu pertama kali belajar sepeda, pas duduk di bangku kelas empat SD. Tiap hari Minggu, bangun subuh-subuh, terus belajar bareng om dan sepupuku. Kita belajar di lapangan dekat rumah (Yaaaah, sekitar 300 meteran lah). Belajar sepeda emang perjuangan banget! Perjuangan yang amat menyenangkan. Emang sih, awal belajar sepeda nyetirnya belak belok, terus jatuh di semak-semak, bangun-bangun kaki lecet semua, tapi sangking senengnya sampe nggak kerasa sakit. Pernah dulu sampe kuku jari kelingking kaki copot dan berdarah, dan itu baru tahu pas mau pulang kok tiba-tiba banyak darah, eh tau-tau kuku kaki copot. Tapi itu bener-bener nggak kerasa sakit, aneh yaaa? Apa mungkin aku terlalu mendalami ilmu bersepeda? Wkwk. 


Daaaan akhirnya, setelah alasan ina inu, rayu sana rayu sini ke ibu e dan bapak e aku diizini naik sepeda ke sekolah. Malem sebelum berangkat naik sepeda, nggak bisa tidur, rasanya nggak sabar pengen cepet-cepet pagi hehe. Pagi-pagi abis sarapan, trus pamitan, gagah banget pas ngeluarin sepeda dari rumah, sambil minta doa restu biar pergi-pulang sekolah selamet, akhirnya aku mulai mengayuh sepeda, eeeh pas baru jarak beberapa jengkal aku nabrak trotoar dan jatuh. Tapi aku bagaikan gadis kecil yang sangat kuat dan gagah (tapi, nggak berotot kekar lhooo! Haha), aku bangun-bangun sendiri terus melanjutkan bersepeda sama yang lain. Pas hampir nyampe sekolah, itu becak atau aku yang salah, tau-tau tabrakan dan sepedaku oleng, untung nggak sampe jatuh. Akhirnya aku melanjutkan mengayuh sepeda, dan sampe deh di sekolah. Horeeee!! Waktu itu sepeda menjadi sahabatku banget! Kemana-mana naik sepeda, dari sekolah, les, sama main ke rumah temen. Kalo les, dulu aku dan temen-temen berangkat lebih awal, pokoknya setengah jam sebelum les dimulai kita mesti sampe di sekolah buat sepedaan keliling lapangan sekolah. Kadang atraksi-atraksi gitu, padahal sendirinya masih amatiran haha. Tapi seru banget, rasanya kegembiraan yang tidak bisa diungkap oleh kata-kata. Naaah, dulu kalo hujan pas pulang les, kita pake keresek buat nutupin kepala kita, tapi tetep aja basah kuyup. Kadang kita berhenti sebentar, buat neduh dan cerita-cerita sama yang lain, nggak lupa juga kita gogosipan wkwk (Pliiis, untuk anak SD jangan ditiru yaaa wkwk). Pulang sekolah, kita selalu menyusuri gang-gang, misinya sih untuk mencari jalan baru atau jalan alternatif. Kadang kita juga pernah terjebak di gang buntu, terus kesasar, terus lupa jalan keluar, tapi itu sangat menyenangkaaaaan! Pernah dulu SMP juga sama menjelajah gang-gang, tapi jangkauannya lebih luas, misinya pun juga luas (tapi maaf tidak bisa menyebutkan di sini *privasi*) hehe. Dulu aku pernah bertabrakan sama temenku, waktu itu jalan di depan sekolah ada gundukannya kita sama-sama bersepeda beriringan, tapi nggak tahu tiba-tiba setir sepeda kita bersenggolan dan akhirnya kita berdua jatuh dan ketawa bareng. Dan hari itu pula kita memperingatinya sebagai hari jatuhnya kita dari sepeda, tanggal 22 September (Bagi yang merasa ini sangat penting silahkan dicatet di kalender masing-masing wkwk).


Mungkin itu yang bisa aku ceritakan dari kenangan bersepeda. See you…..




-SS-
Kamis, 12 Januari 2017

Noted!




Ini bukan tentang lebih tua, seumuran, atau lebih muda. Ini tentang yang menyeimbangkan hidup dan yang bisa berjalan beriringan. Yang memberi kedamaian di hati, kenyamanan di sisi, dan kasih sayang tiada henti. Tentang tertawa bersama, saling mensupport, mendoakan satu sama lain, berbicara lepas tak berbatas tanpa berpikir ini pantas atau tidak. Ketika dunia begitu kejam, dia menjadi tempatmu untuk selalu pulang. Yang bisa membuatmu sangat sabar dan berusaha mengerti meski sulit. Menerimamu apa adanya meskipun kamu cuma seadanya. Wajah mungkin tak rupawan tapi kebersamaan dengannya itu sesuatu yang kamu yakin harus kamu perjuangkan. Masa lalunya tidak kamu persoalkan karena tahu itu yang membentuknya sekarang. Kekurangan masing-masing adalah tugas bersama untuk belajar saling menerima dan memperbaiki agar jadi lebih baik. Tentang dia yang kamu ikhlas seumur hidup menjadi makmum/imamnya. Membuatmu bangga menjadi ibu/ayah dari anak-anaknya.

-Repost Tumblr


Jumat, 06 Januari 2017

Short Story




Pada suatu hari di ruang tunggu penumpang, entah saat itu bagiku aquarium yang ada di depanku lebih menarik dilihat daripada gadget yang sedari tadi aku pegang. Sangking excitednya melihat ikan, sampai jari-jari telunjuk ikut menunjuk-nunjuk ikan yang berkutat di balik kaca. Dan tiba-tiba seorang bapak di sebelahku, membuka obrolan.....

*Bapak = B
  Aku = A

B = Adek tujuannya mau kemana?
A = Mau ke Jakarta , om
B = Ikut penerbangan apa?
A = Ikut penerbangan JT.....
B = Adek ke Jakartanya sendirian?
A = Ehm, iya om
B = Emang berani? Ayah sama Ibu kenapa gak ikut?
A = Berani kok om
B = Ke Jakarta mau ke rumah saudara?
A = Nggak om, kuliah 
B = Lha, udah kuliah? Om pikir adek masih SMP lho! 
A = ............... ehmmm

Seketika itu perasaan campur aduk antara seneng dan sedih dibilang masih SMP. Seneng, setidaknya terlihat masih muda. Sedih, emang postur tubuh tidak memenuhi syarat jadi anak kuliahan yaa? *hiks. Dan ini sudah kesekian kalinya aku dibilang anak SMP :"
Kamis, 05 Januari 2017

Dear You & I

Tulisan ini hanya fiktif belaka....

Aku

Aku memandangmu sebagai lelaki, lebih dari sekedar seorang teman. Tapi kau tidak pernah tahu, bukan? Aku memandangmu sebagai lelaki, bahkan jauh sebelum kau memperjuangkanku. Aku tahu kau pernah memperjuangkanku meski tidak pernah kau katakan. Tapi entah saat ini, apakah kau masih mempertahankanku? Meski dulu seolah aku sedikit memberi jarak padamu, bukan karena aku membencimu, tapi hanya sekedar ingin membebaskanmu. Aku tidak ingin kita terikat pada saat itu dengan membatasi kebebasan dan keinginanmu, karena aku tahu kau adalah seorang lelaki yang rela mengorbankan apapun demi seseorang, bahkan seluruh hatimu yang tulus itu. Saat itu kita masih sangat muda, perjalanan kita masih panjang dan aku tidak ingin menahan sayap-sayapmu untuk mencari sesuatu sebagai bekalmu dewasa kelak. Bukan, aku harap kau tidak berprasangka yang bukan-bukan. Membebaskanmu seperti ini kau pikir adalah sesuatu yang sangat mudah? Terkadang ada rasa khawatir yang mengganggu. Tapi selebihnya aku yakin padamu, bahwa kau baik-baik saja di sana. Mengenai perasaan, aku takkan risau, meski suatu hari perasaanmu sudah berganti, tapi pernah memandangmu sebagai lelaki, bagiku serasa aku pernah memiliki dunia dan seisinya.

Dan di sini yang ku tunggu, kau adalah seorang lelaki, entah perasaanmu berubah atau tidak padaku, aku tidak peduli, yang ku tunggu ketika kita bertemu aku ingin melihat kau tersenyum bahagia. Jika suatu hari kita bertemu dengan membawa perasaan yang sama, mau kah kau menceritakan sekelumit perjuanganmu itu padaku? 


Kau

Dulu, entah apa yang mendorongku untuk dekat denganmu. Bercerita tentang kehidupan, kepenatananku akan suatu hal dan kegiatanku yang itu-itu saja yang membuatku bosan, dan bagiku kau menjadi tempat mengadu yang paling nyaman setelah Tuhan. Tapi entah bagimu? Apakah aku adalah seseorang yang sulit? Dan suatu ketika perasaan telah berkata, seolah aku ingin menjadikanmu seseorang yang pantas aku perjuangkan. Mungkin waktu itu terlalu cepat bagimu, dan tidak mudah bagimu menerima perubahan sikapku atau perlakuanku terhadapmu, dan kau mulai sedikit memberi jarak padaku. Apa mungkin ada seseorang yang kau suka? Sungguh hatiku gelisah setengah mati. Aku takut kau benar-benar membenciku dan kita tidak bisa menjadi seperti dulu lagi. Serasa aku ingin berlari menujumu waktu itu, dan menjelaskannya semua padamu. Tapi ternyata, setelah beberapa lama, aku senang kau akhirnya menyapaku. Kau tidak tahu betapa senangnya aku, tapi mungkin itu bukan hal yang penting bagimu, bukan? Di setiap hari ulang tahunmu, aku akan selalu memimpikan bisa memberikan sesuatu padamu. Tapi aku terlalu takut memberikannya kepadamu, hingga saat ini pun hadiah-hadiah itu masih ku simpan rapi. Berharap jika kita bertemu dengan membawa perasaan yang sama, akan ku berikan padamu, dan akan aku ceritakan bagaimana ada seorang pangeran yang berjuang menaklukan hati seorang putri.
Jumat, 30 Desember 2016

KKP Story



Throwback time….

Kali ini aku ingin menceritakan tentang pengalaman KKP (Kuliah Kerja Profesi)-ku di daerah Sukabumi, tepatnya di desa Margaluyu, Kecamatan Purabaya, Kabupaten Sukabumi beberapa tahun yang lalu. Dan ini juga pertama kalinya aku merasakan bagaimana tinggal di daerah yang benar-benar jauh dari hiruk pikuk atau bisa dibilang agak sedikit tertinggal. Kendaraan menuju ke sana pun harus oper beberapa kali, dari mulai naik kereta (Bogor-Sukabumi), angkot oper 2 kali, terus naik ojek buat nanjak ke atas. Huaaaaa seru-seru menegangkan gitu deh haha. Tapi kadang kalo ada kendaraan pick up yang berbaik hati mau ngasih tumpangan ke kita, kita bisa memangkas biaya, sekaligus oper-oper kendaraan hehe.

Bulan Juni tahun 2014, kita memulai ekspedisi kita menuju desa Margaluyu. Hari pertama KKP diawali dengan acara penyambutan di kantor kecamatan. Sekitar satu jam penyambutan, kita mulai disebar menuju desa yang ditunjuk oleh dosen kita masing-masing. Dan kita salah satu kelompok yang mendapat daerah yang “sesuatuuuhlah” kalo kata Syahrini. Kita diantar ke sana dengan menggunakan kendaraan patroli polisi (wait, tapi kita bukan buronan lho yaa). Awalnya track menuju ke sana datar-datar aja masih banyak rumah, lama-lama jalanan banyak yang lubang-lubang dan mulai nggak ada rumah yang ada hanya kebun, dan puncaknya kita harus nanjak dengan jalan bebatuan yang tajam dan di sebelah kanannya jurang yang ditanami pohon jabon menjulang tinggi. Seru sih, seru banget malah. Tapi kalo kalian naik motor, kalian banyak-banyakin doa deh, dan pegangan motor erat eraaat. Tapi kalo kadang khilaf, jaket tukang ojeknya pun jadi sasaran hehe. Daaaan jeng jeng! Akhirnya sampailah kita di desa yang akan menjadi tempat peraduan kita selama 2 bulan. First impression tentang desa Margaluyu yakni desa yang benar-benar masih alami, karena masih jarang rumah-rumah penduduk, dan sebagian besar masih tanah perkebunan, sawah, dan hutan.  Jalanan di sana penuh bebatuan dan menanjak. Jadi, kalo mau keliling desa lebih enak jalan kaki daripada naik kendaraan.

Ini jalanan desa Margaluyu yang masih bebatuan

Di minggu-minggu pertama, kita masih belum melakukan apa-apa. Kita masih membuat rancangan program yang sesuai dengan kondisi desa setempat. Sebenarnya, kita lebih banyak mager daripada diskusi. Yayaya, itu mungkin suatu bentuk penyesuaian diri kita terhadap keadaan di sana haha. Soalnya kita melakukan KKP di awal bulan puasa, dengan cuaca di sana yang sangat-sangat dingin, ditambah lagi hujan  tiap hari. Huuuu bisa bayangin kan magernya kita hehe. Jujur, aku di sana jarang banget mandi (ups, buka aib). Pertama, faktor cuaca yang dingin, membuat hidung ini sering banget meler (yaps, aku alergi dengan cuaca dingin). Kedua, kita mendapat tempat tinggal yang kamar mandinya di luar (kamar mandi umum) dimana airnya keluar hanya sepersekian detik, dan akhirnya mati, gak ada air daaaan sekalinya kita keluar rumah, geng gukguk udah nungguin, sambil ngikutin dari belakang (huaaaa, nightmare bangetlah kalo aku). Ketiga, kalo airnya mati kita terpaksa mandi di jamban deket sawah, di mana lokasinya agak sedikit terbuka dan airnya sedikit keruh. Keempat, menghemat cucian baju haha. Yaa, seperti itulah…


Rumah pertama tempat tinggal kita selama sebulan




Geng gukguk 


Jamban di sawah
 
Minggu berikutnya kita mulai melakukan ekspedisi. Kita membagi beberapa orang (ada yang berdua dan bertiga) untuk melakukan survei di beberapa dusun, kebetulan kita ber-tujuh, enam perempuan dan satu laki-laki. Kebetulan aku kebagian bersama temanku Ina, survei di dusun yang dekat kantor desa (katanyaaa…). Aku dan temenku melakukan survei dengan jalan kaki. Dan kalo jalan di sana lebih nyaman pake sandal jepit, gak perlulah pake flat shoes atau sepatu cantik lainnya. Karena pasti pulang-pulang sepatunya gak bakalan cantik lagi hehe. Perjalanan pertama, ancer-ancer kita adalah kantor desa. Jalan dari tempat tinggal kita ke kantor desa sekitar 3 km. Awalnya kita mengira dusun yang akan kita survei deket kantor desa, dan ternyataaaa kita musti jalan 3 km lagi untuk menuju ke sana. Jalanannya sangaaaat ruaaarrr biasa! Dari 3 km perjalanan itu kita belum menemukan satu pun peradaban. Serius! Yang kita lihat dari tadi hanya sawah, hutan, sawah, kebun. Pernah dari jauh terlihat seperti genteng rumah, naaaah mungkin di situ ada peradaban, seolah-olah ada harapan dan eng ing eng ternyata itu kandang ayam *hiks. Agak hopeless juga sebenarnya, mau balik sayang, soalnya kita gak nemu rumah satu pun. Dan akhirnya setelah penantian dan perjuangan panjang, kita menemukan dusun yang kita tuju. Tapiiii, mesti banget nanjak lagi untuk menuju ke sana. Sampai di sana, kita dipersilahkan masuk dan menumpang untuk salat zuhur. Sempet numpang rebahan, karena benar-benar melelahkan, huh! Usai interview dengan bapak dusun, kita dianter pulang lewat jalan belakang yang kata bapaknya lebih dekat lewat belakang, daripada lewat jalan awal yang kita lalui. Emang benar-benar dekat, tapi kita berasa ninja hattori. Naiiiiiiiiik banget, terus lewat kebun-kebun, naiiiiiiik lagi, terus lewat tegalan. Sepanjang perjalanan berasa keimanan dan ketaqwaanku diuji, di depan mata rasanya terbayang-bayang ada es teh manis, es jus, es buah, ah udah ada air putih aja kita juga mau kok haha. Tenggorokan benar-benar kering banget, haus banget! Tapi Alhamdulillah kita tidak goyah kok. Sampai di rumah (tempat tinggal), kita benar-benar tepar. Perjalanan dari jam 9 pagi sampe jam 4 sore, membuat kita tak berdaya di kasur ukuran sepersekian meter wkwk. Tapi setelah berlelah-lelah, rasanya terbayar sudah dengan minum es kelapa muda saat buka puasa (cheeeersss, tenggorokan jadi adem haha).

Sebenarnya pada saat bulan puasa kita tidak terlalu banyak program, hanya melakukan survei-survei dan melakukan kunjungan ke sekolah dasar (SD). Nah waktu kunjungan ke SD kita menjalankan program “Ayo Menabung!”, kita mengajari adek-adek kelas 1 dan 2 untuk membuat celengan dari botol bekas. Dan kita hanya membantu mengguntingkan atau kalo ada kesulitan memasang gambarnya, selebihnya mereka sendiri yang berkreasi. Pernah ada salah satu siswa meminta bantuan ke aku, dan ini salah satu kendalaku dalam ber-KKP. Ya, bahasa setempat. Meminta bantuan, tapi ngomongnya pake bahasa sunda, karena rata-rata siswa di sana masih belum mengerti bahasa Indonesia. “Ehmmm anu, ehmmm ituu” serius aku nggak ngerti apa yang dia maksud (zzzz….) Dan lama-lama anaknya agak sedikit kesel, akhirnya aku manggil salah satu temenku untuk membantu dia. Maafkaaaan *hiks. Usai bikin celengan, kita kemudian nyanyi-nyanyi bareng, dan foto untuk kenang-kenangan. Yeaaaahhh….

Foto bareng siswa-siswi SDN Puspadaya
 
Di pertengahan program KKP, kita tidak melulu melakukan survei dan penyuluhan. Kita juga perlu melakukan liburan bareng, dan coba tebak, kemana kitaaaa? Ke pantaaaaai ! Tujuan kita pergi ke pantai Ujung Genteng. Perjalanan menuju ke sana luar biasa indaaaaaaah (subhanallah…). Kalo kalian pernah lihat gambar pemandangan di kalender-kalender, ya 11:12 lah sama pemandangan di kalender. Dari lewat sungai yang warnanya ijo-ijo lumut terus ada perahu dayungnya, hutan cemara, sawah yang ditanam kayak perbukitan (ini pemandangan yang sangat langka sekali), dan banyaaaak banget pokoknya. Perjalanan di tempuh selama 5 jam, jadi PP 10 jam haha. Sampai di sana benar-benar kalap, rasanya udah lama banget nggak lihat pantai yang biru, beniiiing banget airnya, pasirnya putih tapi pasirnya masih pasir karang yang terkena abrasi jadi agak sedikit sakit kalo jalan di pasirnya. Tidak lupa juga melakukan dokumentasi momen liburan bareng yang sangat jarang terjadi diantara kita para kelompok KKP hehe. Di sekitar pantai juga banyak penginapan untuk wisatawan. Tapi sayangnya kita hanya melakukan liburan sehari, terhambat karena deadline program juga. Jadi kita tidak bisa berlama-lama di sana huhu.

Pantai Ujung Genteng

 
Usai berlibur, kembali ke program KKP yang sudah dibuat. Sebenarnya saat melakukan program, kita juga mengalami sedikit kesulitan mengingat anggota KKP kita paling sedikit, jadi tidak jarang kita meminta bantuan kelompok sebelah. Sebenarnya KKP ini bukan hanya sekedar untuk memenuhi sks mata kuliah, tapi mengajarkan banyak hal terutama soal kehidupan haha (berrraat banget kayaknya), terus kita bisa mengenal satu sama lain sesama angkatan, yang awalnya hanya senyam senyum aja kalo berpapasan jadi bisa cerita ngalor ngidul. Kadang usai KKP pun rasanya kebersamaan kita masih belum bisa move on, karena kita sendiri merasakan bagaimana rasanya berjuang bersama-sama di tempat yang sama.
 
Mungkin itu cerita KKP yang bisa aku tulis di blog yang tidak hits ini, terimakasih semuanyaaa Margaluyu-ers. Kangen kalian, para ninja hattori Margaluyu haha.



-SS-


Sabtu, 24 Desember 2016

Interview

Haaaai happy weekend everyone....
 
INTERVIEW   

1. Apa yang biasa kamu lakukan setelah bangun tidur?
Pertama kali bangun tidur, bersyukur, ternyata masih diberi kesempatan untuk bisa bernafas di dunia yang fana ini. Kemudian, kucek kucek mata, sambil mikir "Hari apa ya sekarang ini?" Beranjak dari tempat tidur, kadang nangkring dulu di meja makan, meski hanya sekedar minum air putih atau incip-incip makanan. Masuk kamar mandi, lalu ke kamar untuk melakukan salat subuh.   

2. Kegiatan yang disuka saat pergi liburan?
Makan atau kulineran. Meski aku bukan tipe orang yang doyan makan, tapi paling suka incip-incip makanan yang belum pernah dicoba. Terus, main ke pantai. Sebenarnya tidak banyak pantai yang pernah aku kunjungi, tapi gak tahu kenapa liat pantai itu rasanya benar-benar sesuatu yang luar biasa, sangat luas, berwarna biru, suara debur ombak benar-benar suara alam. Aaaaa suka! Selain pantai, aku suka banget mengunjungi toko-toko properti sama toko buku. 

3. Apa kado terindah di saat ulang tahunmu?
Kado terindah, yaa ucapan sama doa dari orang tersayang, ibu :)   

4. Apa film yang paling menginspirasi hidupmu?
Banyaaaak banget sebenarnya, karena hampir semua film yang aku tonton penuh makna. Tapi yang paling menginspirasi bagiku film 3 Idiots.   

5. Apa sebutanmu pada waktu kecil?
Sundun. Itu sebutan dari almarhum bapakku. Sampai sekarang, aku tidak pernah tahu alasan atau sejarah aku dipanggil sundun. Kedengarannya sangat aneh, jadul, dan tidak nyambung dengan nama panjangku. Tapi bagiku panggilan itu penuh makna, karena itu panggilan kesayangan bapakku, dan hanya bapakku yg boleh memanggil aku "Sundun".

6. Apa lagu yang sering kamu putar di playlistmu belakang ini?
Lagu Angels Brought Me Here by Guy Sebastian. Dari musik sampe liriknya aku suka banget! Lebih-lebih bagian lirik yang ini "If you could see what I see, that you're answered to my prayers...." Rasanya tiap mendengarkan lagu ini serasa membawaku untuk berkahayal bahwa suatu hari ada yang nyanyiin lagu ini buat aku haha. Amiiiin :)   

7. Apa buku yang paling menginspirasimu?
Buku yang paling menginspirasi hmmm buku Time Of Your Life by Rando Kim. Beruntunglah bagi kalian yang memilikinya dan pernah membaca buku itu, karena bagiku buku itu benar-benar memberikan banyak pesan berharga, terlebih bagi orang-orang baru beranjak dewasa. Tapi sepertinya bukunya sudah jarang edar sekarang :(   

8. Jika suatu hari kamu mendapatkan tiket liburan gratis ke luar negeri, negara mana yang paling ingin kamu kunjungi?
Jepaaaaang. Lebih tepatnya ingin mengunjungi Kyoto, katanya di sana ada salah satu sungai yang terpanjang di Jepang, namanya sungai Kamo, dan pemandangannya sangat indah, suasananya sangat romantis (harus banget nih, liburan bareng orang tersayang!).   

9. Ceritakan salah satu pengalaman yang tidak pernah kamu lupa saat SMA.
Pengalaman menjadi bagian dari makhluk kelas XI IA 3 angkatan 2008, dulu kita menyebut kelas kita dengan sebutan 'Cilokers'. Sangaaaar kan? Pertama kali masuk kelas cilokers benar-benar aku merasakan aura yang sangat berbeda 180 derajat waktu aku kelas X A yang didominasi anak-anak yang hobi belajar. Penghuni cilokers benar-benar beraneka ragam karakternya, dari yang rajin banget belajar sampe rajin banget cabut pas jam pelajaran. Jujur awal aku masuk jadi penghuni cilokers benar-benar merasa agak tertekan, tapi karena wali kelas kita yang super duper kece, berusaha untuk menyatukan kita atau biar kita bisa membaur satu sama lain dengan melakukan kocokan tempat duduk, jadi setiap 4 bulan sekali atau berapa bulan sekali gitu kita bergantian chairmate-nya. Jadi dengan begitu kita bisa saling kenal satu sama lain. Trus, yang bikin kita jadi kompak banget, kita pernah melakukan konferensi meja kotak, dimana satu sama lain mengungkapkan unek-uneknya atau apapun jawaban dari pertanyaan yang dilontarkan dari beberapa teman. Bersyukur diantara kita benar-benar saling memahami dan saling ngasih masukan, dan tidak ada yang saling menjatuhkan. Kita juga pernah dihukum satu kelas hanya karena beberapa teman yang bikin ulah, tapi kita selalu menegakkan solidaritas jadi kita rela untuk dihukum satu kelas karena kita merasa sama rata sama rasa haha. Tiap hari juga selalu ada humor-humor yang dijamin mengocok perut. Di akhir kenaikan kelas kita mengadakan pergi ke villa bareng, itu benar-benar sesuatu yang sangat sangat berkesan, dan rasanya kita sudah satu hati dan benar-benar tidak ingin berpisah huhu. Meski hanya satu tahun, tapi rasanya berjuta-juta kenangan yang menempel diingatan (haha maaf agak lebaaay wkwk). Miss you, cilokers ❤   

10. Kalo disuruh memilih, mau jadi seseorang yg bergelut dipertukangan atau jadi librarian, pilih mana?
Pilih bergelut dipertukangan haha. Karena bagiku seru sih bikin sesuatu, ketok-ketok palu, masang-masang baut, bikin desain terus dibikin sendiri barangnya. Seru banget kayaknya. Tapi kalo bawa yang berat-berat kayaknya butuh bantuan juga. Kalo jadi librarian, sebenarnya juga menyenangkan kayaknya, tapi aku orangnya gampang banget ngantuk di suasana yg adem, sepi, dan tenang haha
Minggu, 27 November 2016

Dorama~



Hai! G-Night everyone….

Malam ini aku masih terjaga, dan masih banyak yang dipikirkan. Dan yang paling membuat terjaga, malam ini sepertinya aku ada masalah dengan pencernaanku. Masalah yang paling sering muncul dalam hidup huhu. Tapi tenang masih bisa teratasi dengan bantuan pertama saat terjadi sakit perut, yaps minyak kayu putih! Penyelamat dalam segala kondisi haha. Malam ini mau cerita apa yaa, sebenarnya lagi pasif banget mau nulis blog. Tapi karena nggak bisa tidur, jadi gatel pengen nulis. Padahal juga bingung apa yang mau ditulis hmmm… 

Oh yaudah aku mau cerita film yang barusan aku tonton aja deh hehe. Di antara kalian ada yang inget dorama jepang yang berjudul “Beautiful Life”? Doramanya udah lama banget sih, mulai dirilis pada tahun 2000. Dulu aku suka banget nonton dorama Jepang, seperti Beach Boys, Long Vacation (kalo yang ini sampe inget banget sama soundtracknya), Love Generation, Itazura Na Kiss, Anchor Woman, Strawberry On the Shortcake (dulu disingkat S.O.S), Friend (perpaduan antara dorama Jepang dan Korea), dan masih banyak lagi. Dari sekian banyak hanya beberapa yang masih inget alur ceritanya (Itazura Na Kiss, Anchor Woman, S.O.S, sama Friend) dan sisanya lihat dengan mata kosong alias nontonnya ikut-ikutan aja, padahal nggak ngerti alur ceritanya kayak gimana wkwk. Then, kembali ke dorama Beautiful Life, aku lupa pernah atau tidak ditayangkan di TV lokal? Tapi sepertinya pernah, ah lupaa!  Kemarin sempat nostalgia liat dorama Jepang jaman dulu, dan kebetulan streaming via youtube.com dorama Beautiful Life, lumayan singkat ceritanya cuma 11 episodes. Meski singkat, tapi ceritanya benar-benar ciri khas dorama Jepang, ceritanya sederhana tapi sangat menyentuh. Kebetulan ending dari dorama ini Sad Ending huhu, tapi recommended banget deh! 

Jadi dorama ini menceritakan tentang seorang hairstylist, bernama Shuji dan librarian, bernama Kyoko. Mereka kebetulan bertemu akibat ada kecelakaan kecil di jalan, Shuji hampir terjatuh karena ulah Kyoko yang mengeluarkan tangannya dari kendaraan. Dari situ pertemuan mereka terus berlanjut. Oh ya, Kyoko merupakan gadis abnormal, jadi dia mengidap suatu penyakit pada saat dia menginjak usia 17 tahun, dan mengharuskan dia menggunakan kursi roda. Suatu hari Shuji membutuhkan seseorang untuk dijadikan model, dan yang dipilih adalah Kyoko. Jadi dia mengubah gaya rambut Kyoko untuk dijadikan model di suatu majalah, yang akhirnya membuat mereka menjadi dekat. Dan…..selebihnya kalian liat sendiri ya, oke?

Sudah yaa mungkin sampe di sini dulu yaa, tunggu tulisan-tulisan blogku yang lebih hits lainnya haha!

See you…

-SS-

 

Blog Template by BloggerCandy.com