Jumat, 30 Desember 2016

KKP Story



Throwback time….

Kali ini aku ingin menceritakan tentang pengalaman KKP (Kuliah Kerja Profesi)-ku di daerah Sukabumi, tepatnya di desa Margaluyu, Kecamatan Purabaya, Kabupaten Sukabumi beberapa tahun yang lalu. Dan ini juga pertama kalinya aku merasakan bagaimana tinggal di daerah yang benar-benar jauh dari hiruk pikuk atau bisa dibilang agak sedikit tertinggal. Kendaraan menuju ke sana pun harus oper beberapa kali, dari mulai naik kereta (Bogor-Sukabumi), angkot oper 2 kali, terus naik ojek buat nanjak ke atas. Huaaaaa seru-seru menegangkan gitu deh haha. Tapi kadang kalo ada kendaraan pick up yang berbaik hati mau ngasih tumpangan ke kita, kita bisa memangkas biaya, sekaligus oper-oper kendaraan hehe.

Bulan Juni tahun 2014, kita memulai ekspedisi kita menuju desa Margaluyu. Hari pertama KKP diawali dengan acara penyambutan di kantor kecamatan. Sekitar satu jam penyambutan, kita mulai disebar menuju desa yang ditunjuk oleh dosen kita masing-masing. Dan kita salah satu kelompok yang mendapat daerah yang “sesuatuuuhlah” kalo kata Syahrini. Kita diantar ke sana dengan menggunakan kendaraan patroli polisi (wait, tapi kita bukan buronan lho yaa). Awalnya track menuju ke sana datar-datar aja masih banyak rumah, lama-lama jalanan banyak yang lubang-lubang dan mulai nggak ada rumah yang ada hanya kebun, dan puncaknya kita harus nanjak dengan jalan bebatuan yang tajam dan di sebelah kanannya jurang yang ditanami pohon jabon menjulang tinggi. Seru sih, seru banget malah. Tapi kalo kalian naik motor, kalian banyak-banyakin doa deh, dan pegangan motor erat eraaat. Tapi kalo kadang khilaf, jaket tukang ojeknya pun jadi sasaran hehe. Daaaan jeng jeng! Akhirnya sampailah kita di desa yang akan menjadi tempat peraduan kita selama 2 bulan. First impression tentang desa Margaluyu yakni desa yang benar-benar masih alami, karena masih jarang rumah-rumah penduduk, dan sebagian besar masih tanah perkebunan, sawah, dan hutan.  Jalanan di sana penuh bebatuan dan menanjak. Jadi, kalo mau keliling desa lebih enak jalan kaki daripada naik kendaraan.

Ini jalanan desa Margaluyu yang masih bebatuan

Di minggu-minggu pertama, kita masih belum melakukan apa-apa. Kita masih membuat rancangan program yang sesuai dengan kondisi desa setempat. Sebenarnya, kita lebih banyak mager daripada diskusi. Yayaya, itu mungkin suatu bentuk penyesuaian diri kita terhadap keadaan di sana haha. Soalnya kita melakukan KKP di awal bulan puasa, dengan cuaca di sana yang sangat-sangat dingin, ditambah lagi hujan  tiap hari. Huuuu bisa bayangin kan magernya kita hehe. Jujur, aku di sana jarang banget mandi (ups, buka aib). Pertama, faktor cuaca yang dingin, membuat hidung ini sering banget meler (yaps, aku alergi dengan cuaca dingin). Kedua, kita mendapat tempat tinggal yang kamar mandinya di luar (kamar mandi umum) dimana airnya keluar hanya sepersekian detik, dan akhirnya mati, gak ada air daaaan sekalinya kita keluar rumah, geng gukguk udah nungguin, sambil ngikutin dari belakang (huaaaa, nightmare bangetlah kalo aku). Ketiga, kalo airnya mati kita terpaksa mandi di jamban deket sawah, di mana lokasinya agak sedikit terbuka dan airnya sedikit keruh. Keempat, menghemat cucian baju haha. Yaa, seperti itulah…


Rumah pertama tempat tinggal kita selama sebulan




Geng gukguk 


Jamban di sawah
 
Minggu berikutnya kita mulai melakukan ekspedisi. Kita membagi beberapa orang (ada yang berdua dan bertiga) untuk melakukan survei di beberapa dusun, kebetulan kita ber-tujuh, enam perempuan dan satu laki-laki. Kebetulan aku kebagian bersama temanku Ina, survei di dusun yang dekat kantor desa (katanyaaa…). Aku dan temenku melakukan survei dengan jalan kaki. Dan kalo jalan di sana lebih nyaman pake sandal jepit, gak perlulah pake flat shoes atau sepatu cantik lainnya. Karena pasti pulang-pulang sepatunya gak bakalan cantik lagi hehe. Perjalanan pertama, ancer-ancer kita adalah kantor desa. Jalan dari tempat tinggal kita ke kantor desa sekitar 3 km. Awalnya kita mengira dusun yang akan kita survei deket kantor desa, dan ternyataaaa kita musti jalan 3 km lagi untuk menuju ke sana. Jalanannya sangaaaat ruaaarrr biasa! Dari 3 km perjalanan itu kita belum menemukan satu pun peradaban. Serius! Yang kita lihat dari tadi hanya sawah, hutan, sawah, kebun. Pernah dari jauh terlihat seperti genteng rumah, naaaah mungkin di situ ada peradaban, seolah-olah ada harapan dan eng ing eng ternyata itu kandang ayam *hiks. Agak hopeless juga sebenarnya, mau balik sayang, soalnya kita gak nemu rumah satu pun. Dan akhirnya setelah penantian dan perjuangan panjang, kita menemukan dusun yang kita tuju. Tapiiii, mesti banget nanjak lagi untuk menuju ke sana. Sampai di sana, kita dipersilahkan masuk dan menumpang untuk salat zuhur. Sempet numpang rebahan, karena benar-benar melelahkan, huh! Usai interview dengan bapak dusun, kita dianter pulang lewat jalan belakang yang kata bapaknya lebih dekat lewat belakang, daripada lewat jalan awal yang kita lalui. Emang benar-benar dekat, tapi kita berasa ninja hattori. Naiiiiiiiiik banget, terus lewat kebun-kebun, naiiiiiiik lagi, terus lewat tegalan. Sepanjang perjalanan berasa keimanan dan ketaqwaanku diuji, di depan mata rasanya terbayang-bayang ada es teh manis, es jus, es buah, ah udah ada air putih aja kita juga mau kok haha. Tenggorokan benar-benar kering banget, haus banget! Tapi Alhamdulillah kita tidak goyah kok. Sampai di rumah (tempat tinggal), kita benar-benar tepar. Perjalanan dari jam 9 pagi sampe jam 4 sore, membuat kita tak berdaya di kasur ukuran sepersekian meter wkwk. Tapi setelah berlelah-lelah, rasanya terbayar sudah dengan minum es kelapa muda saat buka puasa (cheeeersss, tenggorokan jadi adem haha).

Sebenarnya pada saat bulan puasa kita tidak terlalu banyak program, hanya melakukan survei-survei dan melakukan kunjungan ke sekolah dasar (SD). Nah waktu kunjungan ke SD kita menjalankan program “Ayo Menabung!”, kita mengajari adek-adek kelas 1 dan 2 untuk membuat celengan dari botol bekas. Dan kita hanya membantu mengguntingkan atau kalo ada kesulitan memasang gambarnya, selebihnya mereka sendiri yang berkreasi. Pernah ada salah satu siswa meminta bantuan ke aku, dan ini salah satu kendalaku dalam ber-KKP. Ya, bahasa setempat. Meminta bantuan, tapi ngomongnya pake bahasa sunda, karena rata-rata siswa di sana masih belum mengerti bahasa Indonesia. “Ehmmm anu, ehmmm ituu” serius aku nggak ngerti apa yang dia maksud (zzzz….) Dan lama-lama anaknya agak sedikit kesel, akhirnya aku manggil salah satu temenku untuk membantu dia. Maafkaaaan *hiks. Usai bikin celengan, kita kemudian nyanyi-nyanyi bareng, dan foto untuk kenang-kenangan. Yeaaaahhh….

Foto bareng siswa-siswi SDN Puspadaya
 
Di pertengahan program KKP, kita tidak melulu melakukan survei dan penyuluhan. Kita juga perlu melakukan liburan bareng, dan coba tebak, kemana kitaaaa? Ke pantaaaaai ! Tujuan kita pergi ke pantai Ujung Genteng. Perjalanan menuju ke sana luar biasa indaaaaaaah (subhanallah…). Kalo kalian pernah lihat gambar pemandangan di kalender-kalender, ya 11:12 lah sama pemandangan di kalender. Dari lewat sungai yang warnanya ijo-ijo lumut terus ada perahu dayungnya, hutan cemara, sawah yang ditanam kayak perbukitan (ini pemandangan yang sangat langka sekali), dan banyaaaak banget pokoknya. Perjalanan di tempuh selama 5 jam, jadi PP 10 jam haha. Sampai di sana benar-benar kalap, rasanya udah lama banget nggak lihat pantai yang biru, beniiiing banget airnya, pasirnya putih tapi pasirnya masih pasir karang yang terkena abrasi jadi agak sedikit sakit kalo jalan di pasirnya. Tidak lupa juga melakukan dokumentasi momen liburan bareng yang sangat jarang terjadi diantara kita para kelompok KKP hehe. Di sekitar pantai juga banyak penginapan untuk wisatawan. Tapi sayangnya kita hanya melakukan liburan sehari, terhambat karena deadline program juga. Jadi kita tidak bisa berlama-lama di sana huhu.

Pantai Ujung Genteng

 
Usai berlibur, kembali ke program KKP yang sudah dibuat. Sebenarnya saat melakukan program, kita juga mengalami sedikit kesulitan mengingat anggota KKP kita paling sedikit, jadi tidak jarang kita meminta bantuan kelompok sebelah. Sebenarnya KKP ini bukan hanya sekedar untuk memenuhi sks mata kuliah, tapi mengajarkan banyak hal terutama soal kehidupan haha (berrraat banget kayaknya), terus kita bisa mengenal satu sama lain sesama angkatan, yang awalnya hanya senyam senyum aja kalo berpapasan jadi bisa cerita ngalor ngidul. Kadang usai KKP pun rasanya kebersamaan kita masih belum bisa move on, karena kita sendiri merasakan bagaimana rasanya berjuang bersama-sama di tempat yang sama.
 
Mungkin itu cerita KKP yang bisa aku tulis di blog yang tidak hits ini, terimakasih semuanyaaa Margaluyu-ers. Kangen kalian, para ninja hattori Margaluyu haha.



-SS-


Sabtu, 24 Desember 2016

Interview

Haaaai happy weekend everyone....
 
INTERVIEW   

1. Apa yang biasa kamu lakukan setelah bangun tidur?
Pertama kali bangun tidur, bersyukur, ternyata masih diberi kesempatan untuk bisa bernafas di dunia yang fana ini. Kemudian, kucek kucek mata, sambil mikir "Hari apa ya sekarang ini?" Beranjak dari tempat tidur, kadang nangkring dulu di meja makan, meski hanya sekedar minum air putih atau incip-incip makanan. Masuk kamar mandi, lalu ke kamar untuk melakukan salat subuh.   

2. Kegiatan yang disuka saat pergi liburan?
Makan atau kulineran. Meski aku bukan tipe orang yang doyan makan, tapi paling suka incip-incip makanan yang belum pernah dicoba. Terus, main ke pantai. Sebenarnya tidak banyak pantai yang pernah aku kunjungi, tapi gak tahu kenapa liat pantai itu rasanya benar-benar sesuatu yang luar biasa, sangat luas, berwarna biru, suara debur ombak benar-benar suara alam. Aaaaa suka! Selain pantai, aku suka banget mengunjungi toko-toko properti sama toko buku. 

3. Apa kado terindah di saat ulang tahunmu?
Kado terindah, yaa ucapan sama doa dari orang tersayang, ibu :)   

4. Apa film yang paling menginspirasi hidupmu?
Banyaaaak banget sebenarnya, karena hampir semua film yang aku tonton penuh makna. Tapi yang paling menginspirasi bagiku film 3 Idiots.   

5. Apa sebutanmu pada waktu kecil?
Sundun. Itu sebutan dari almarhum bapakku. Sampai sekarang, aku tidak pernah tahu alasan atau sejarah aku dipanggil sundun. Kedengarannya sangat aneh, jadul, dan tidak nyambung dengan nama panjangku. Tapi bagiku panggilan itu penuh makna, karena itu panggilan kesayangan bapakku, dan hanya bapakku yg boleh memanggil aku "Sundun".

6. Apa lagu yang sering kamu putar di playlistmu belakang ini?
Lagu Angels Brought Me Here by Guy Sebastian. Dari musik sampe liriknya aku suka banget! Lebih-lebih bagian lirik yang ini "If you could see what I see, that you're answered to my prayers...." Rasanya tiap mendengarkan lagu ini serasa membawaku untuk berkahayal bahwa suatu hari ada yang nyanyiin lagu ini buat aku haha. Amiiiin :)   

7. Apa buku yang paling menginspirasimu?
Buku yang paling menginspirasi hmmm buku Time Of Your Life by Rando Kim. Beruntunglah bagi kalian yang memilikinya dan pernah membaca buku itu, karena bagiku buku itu benar-benar memberikan banyak pesan berharga, terlebih bagi orang-orang baru beranjak dewasa. Tapi sepertinya bukunya sudah jarang edar sekarang :(   

8. Jika suatu hari kamu mendapatkan tiket liburan gratis ke luar negeri, negara mana yang paling ingin kamu kunjungi?
Jepaaaaang. Lebih tepatnya ingin mengunjungi Kyoto, katanya di sana ada salah satu sungai yang terpanjang di Jepang, namanya sungai Kamo, dan pemandangannya sangat indah, suasananya sangat romantis (harus banget nih, liburan bareng orang tersayang!).   

9. Ceritakan salah satu pengalaman yang tidak pernah kamu lupa saat SMA.
Pengalaman menjadi bagian dari makhluk kelas XI IA 3 angkatan 2008, dulu kita menyebut kelas kita dengan sebutan 'Cilokers'. Sangaaaar kan? Pertama kali masuk kelas cilokers benar-benar aku merasakan aura yang sangat berbeda 180 derajat waktu aku kelas X A yang didominasi anak-anak yang hobi belajar. Penghuni cilokers benar-benar beraneka ragam karakternya, dari yang rajin banget belajar sampe rajin banget cabut pas jam pelajaran. Jujur awal aku masuk jadi penghuni cilokers benar-benar merasa agak tertekan, tapi karena wali kelas kita yang super duper kece, berusaha untuk menyatukan kita atau biar kita bisa membaur satu sama lain dengan melakukan kocokan tempat duduk, jadi setiap 4 bulan sekali atau berapa bulan sekali gitu kita bergantian chairmate-nya. Jadi dengan begitu kita bisa saling kenal satu sama lain. Trus, yang bikin kita jadi kompak banget, kita pernah melakukan konferensi meja kotak, dimana satu sama lain mengungkapkan unek-uneknya atau apapun jawaban dari pertanyaan yang dilontarkan dari beberapa teman. Bersyukur diantara kita benar-benar saling memahami dan saling ngasih masukan, dan tidak ada yang saling menjatuhkan. Kita juga pernah dihukum satu kelas hanya karena beberapa teman yang bikin ulah, tapi kita selalu menegakkan solidaritas jadi kita rela untuk dihukum satu kelas karena kita merasa sama rata sama rasa haha. Tiap hari juga selalu ada humor-humor yang dijamin mengocok perut. Di akhir kenaikan kelas kita mengadakan pergi ke villa bareng, itu benar-benar sesuatu yang sangat sangat berkesan, dan rasanya kita sudah satu hati dan benar-benar tidak ingin berpisah huhu. Meski hanya satu tahun, tapi rasanya berjuta-juta kenangan yang menempel diingatan (haha maaf agak lebaaay wkwk). Miss you, cilokers ❤   

10. Kalo disuruh memilih, mau jadi seseorang yg bergelut dipertukangan atau jadi librarian, pilih mana?
Pilih bergelut dipertukangan haha. Karena bagiku seru sih bikin sesuatu, ketok-ketok palu, masang-masang baut, bikin desain terus dibikin sendiri barangnya. Seru banget kayaknya. Tapi kalo bawa yang berat-berat kayaknya butuh bantuan juga. Kalo jadi librarian, sebenarnya juga menyenangkan kayaknya, tapi aku orangnya gampang banget ngantuk di suasana yg adem, sepi, dan tenang haha
 

Blog Template by BloggerCandy.com